Jenis – Jenis Terapi dalam 3 Aliran Mazhab



Jenis – Jenis Terapi dalam 3 Aliran Mazhab
(Psikoanalisa, Behavioristik, Humanistik)



A.   Terapi Psikoanalisa

1.     Asosiasi Bebas
Freud mengembangkan metode asosiasi bebas yang khas dan disebut "Ernest Jones", salah satu dari dua karya yang hebat dari kehidupan ilmiah Freud.
Metode asosiasi bebas dilakukan setelah diadakan wawancara pendahuluan. Dalam wawancara pendahuluan, analisis menilai kemampuan pasien untuk bekerja dalam situasi psikoanalitik. Bagian dari penilaian tersebut menetapkan apakah pasien memiliki fungsi-fungsi ego yang elastis untuk bergerak bolak-balik antara fungsi-fungsi ego yang lebih regresif, sebagaimana dibutuhkan dalam asosiasi bebas dan fungsi-fungsi ego lebih maju yang diperlukan untuk memahami intervensi-intervensi analitik, menjawab pertanyaan-pertanyaan secara langsung, dan memulai lagi kehidupan sehari-hari pada akhir jam analitik.
Asosiasi bebas menghendaki supaya pasieen menceritakan sgala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya tanpa memperhatikan apakah hal itu menyakitkan atau lain sebagainya. Dengan kata lain ketika pasien melaporkan segala sesuatu yang diceritakannya itu, pasien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Caranya yaitu pasien diminta untuk berbaring diatas dipan dikamar yang tenang untuk mengurangi pengaruh dari luar, dan terapis duduk dibelakangnya supaya tidak mengalihkan perhatian pasien waktu bercerita.
Peran terapis bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang - kadang mendorong pasien dengan pertanyaan-pertanyaan ketika ucapan pasien terhenti, tetapi terapis tidak boleh mengadakan interupsi kalau pasien sedang berbicara. Selama asosiasi bebas berlangsung, tugas terapis adalah mengenali bahan yang direpresikan dan dikurung dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi membimbing terapis memahami hubungan-hubungan yang dibuat oleh pasien terhadap peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Terapis menginterpretasikan bahan tersebut dan menyampaikannya kepada pasien serta membimbing pasien agar memahami dinamika-dinamika yang mendasarinya dan juga tidak disadari olehnya.
2.    Transferensi
Transferensi adalah ketika pasien mengalami perasaan, dorongan, sikap, fantasi, dan pertahanan terhadap seseorang pada saat sekarang, yang sebenarnya tidak tepat ditunjukkan pada orang tersebut dan merupakan pengulangan dan pemindahan reaksi-reaksi yang ditujukan kepada orang-orang yang penting pada masa kanak-kanak awal. Kerentanan pasein terhadap transferensi terjadi karena instingnya tidak puas dan kebutuhan yang masih ada untuk mencari peluang (Freud, 1912a).
Ada beberapa cara mengklasifikasikan berbagai bentuk klinis reaksi-reaksi transferensi yaitu transferensi positif dan transferensi negatif. Transferensi positif berupa kelekatan bahkan perasaan cinta kepada analis. Sedangkan transferensi negatif mengandung beberapa sifat agresi seperti marah, tidak suka, benci terhadap analis bahkan menghina analis. Tetapi perlu diperhatikan bahwasanya semua reaksi tranferensi pada hakikatnya ambivalen.
3.    Analisis Mimpi
Analisis mimpi dapat digunakan untuk mengungkapkan apa yang ada dibawah alam sadar serta permasalahan yang terpendam bisa berupa ketakutan, rasa khawatir, hasrat dll, yang sebenarnya tidak disadari oleh pasien karena perasaan tersebut ditekan. Mimpi memiliki pesan serta penafsiran yang berbeda-beda yang bisa dilihat dari pengalaman individu yang bermimpi.
4.    Interpretasi
Interpretasi yaitu prosedur untuk menganalisa teknik-teknik asosiasi bebas, analisis mipi, dan transferensi. Dengan interpretasi dapat melampaui apa yang dapat diamati dengan mudah serta memberi arti da hubungan sebab-akibat pada suatu gejala psikologis.

B.   Terapi Behavioristik
 



1.     Desensitisasi Sistematis
   Teknik desensitisasi sistematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh pendekatan behavioral klasikal. Corey (2005) mengemukakan tentang latar belakang teknik ini melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat pengkondisian, dan juga rasa takut juga bisa dihilangkan lewat pusat pengkondisian tersebut. Asumsi dasar dari teknik ini yaitu perilaku yang dipelajari yang mana merupakan respon dari ketakutan dan dapat dicegah dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut.
2.    Teknik Aversif
   Teknik untuk menghubungkan ketakutan dengan tingkah laku yang bermasalah. Dalam teknik aversif, stimulus yang menyakitkan diberi secara berpasangan deng respon yang tidak dikehendaki, seperti merokok, alkoholisme, atau respon-respon seksual yang menyimpang. Misalnya untuk membantu menyembuhkan peminum alkohol yang bermasalah maka cira rasa minuman alkohol tersebut diberi pasangan dengan kejutan listrik atau dengan obat-obatan yang menyebabkan rasa mual (Wilson, et al., 1975).
3.    Exposure Therapy
    Exposure therapy adalah salah satu bentuk terapi yang biasa diterapkan pada penderita gangguan kecemasan. Pada exposure therapy pnderita phobia hanya perlu dihadapkan dengan hal yang ditakutkan namun tidak membahayakan. Terdapat dua varian dari terapi ini yaitu in vivo exposure dan flooding. Pada in vivo exposure, klien benar-benar dihadapkan dengan stimulus yang menimbulkan rasa takut pada situasi tersebut. In vivo lebih tepat diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan dalam membayangkan stimulus yang ditakuti.. Flooding menyajikan item item untuk memaksimalkan kecemasan, dapat secara imaginal ataupun secara in vivo. Flooding efektif untuk menangani agoraphobia.
4.    Assertive Theraphy
    Latihan asertif bisa diterapkan pada situasi-situasi interpersonal, dimana pada tahap ini individu yang mengalami kesulitaan diminta untuk menerima kenyataan bahwa yang dilakukannya layak dan benar. Tingkah laku asertif memiliki karakteristik, yang pertama tingkah laku interprsonal yang melibatkan kejujuran dan ekspresi yang berterus terang dari pikiran dan perasaan individu, yang kedua yaitu socially appropriate, dan yang terakhir yaitu ketika seseorang menjadi asertif maka akan memperhitungkan feelings and welfare pada yang lain.
5.    Self-Control
    Teknik ini menekankan suatu aktivitas "coping respons" yang mana klien memungkinkan untuk mengontrol situasi-situasi problematiknya.

C. Terapi Humanistik
 

Tokoh nya antara lain Carl Rogers. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan pada pengalaman-pengalaman dasar. Berikut beberapa terapi yang ada dalam aliran Humanistik : 
                1.     Person-Centered Therapy 

Person-Centered Therapy dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. 
2.    Gestalt Therapy 
Pada terapi ini individu diharuskan menghadapi permasalahannya sendiri dan tanggung jawabnya sebagai individu. Tugas terapis dalam terapi Gestalt ini yaitu membantu klien agar mengalami sepenuhnya masalah tersebut dengan menyadarkan atas tindakannya. 
3.    Logotherapy 
Logotherapy yaitu terapi yang mana membuat individu menerima tanggung jawab dan berusaha menemukan makna dibalik kehidupan individu tersebut. Logotherapy memiliki tiga konsep fundamental yaitu freedom of will, will to meaning dan meaning in life.

Referensi :
  • Yustinus Semiun, OFM. 2006. Teori kepribadian & terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta : Kanisius
  • Yustinus Semiun, OFM. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Kanisius

  • Corey, Gerald. 2005. Theory and practice of counseling & psychotherapy.7th ed. Belmont : Thomson Brooks
  • Martin, G & Pear, J (2007) Behavior Modification : what it is and how do it. New Jersey, USA : Pearson Education, Inc
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar